Asal usul Desa SODONG - Wonotunggal. Ki
Ajar Pendek yang berada di Silurah orangnya berangasan, senang membuat
onar (senang adu kasekten). Pada suatu saat Pangeran Kajoran yang asal
mulanya dari Wonobodro karena ingin menyebarkan agama Islam mereka
mengembara mencari daerah yang memungkinkan untuk mendirikan masjid,
sampailah di desa Tombo karena sesuatu hal ide pendirian Masjid di Tombo
gagal, dan tempat tersebut dinamakan “Ngelo” dan barang siapa lewat di
tempat situ pedagang atau pejabat atau bencoleng akan mengalami
kehancuran.
Pangeran
Kajoran merantau lagi sampai di suatu tempat yang masih hutan belantara
dan banyak dihuni babi hutan sedangkan sarang babi hutan namanya
“SODONG”.
Di
sinilah Pangeran Kajoran ingin mendirikan masjid, adapun persiapan
pembuatan masjid, batur lokasinya yaitu depan SD Sodong 01. sekarang
bambu yang untuk buat usuk/rangken itu direndang di Paguyangan dan ada
yang hanyut sampai di hutan dan tumbuh di situ, hutan tersebut namanya
hutan Larangan (kalau mengambil bambu dari situ untuk membuat bangunan
maka tidak akan jadi).
Paguyangan
tersebut yang membuat adalah Den Bagus Karang/Ki Carang Aking yaitu
seorang pengembala kerbau yang berasal dari daerah Blado dan setiap saat
orang mengguyang kerbau/memandikan kerbau di situ kerbaunya senang
berkelahi dengan batu di tengah guyangan tersebut maka batu itu namanya
“Watu Palem”. Den Bagus Karang, karena masih jaman peperangan dia
dibutuhkan ke daerah Plelen (Grinsing) dan di Sodong meninggalkan tempat
ibadah dekat Peguyangan. Dan setiap bulan Sapar hari Rabu Kliwon sampai
sekarang masih ada.
Pangeran
Kajoran akan membuat masjid di Sodong tidak jadi karena ketahuan
perawan Sunti (perawan yang tidak punya suami) maka sampai sekarang
kalau ada perawan yang kasep banyak yang minta petunjuk dengan mbah
Tasmi sehingga akan banyak segera mendapat jodoh (banyak yang datang
dari daerah yang lain).
Pembuatan
masjid juga dibatalkan karena permusuhan antara Ki Ajar Pendek dengan
Pangeran Kajoran. Karena keduanya juga orang sakti maka saling
mengeluarkan kesaktiannya yaitu Ki Ajar Pendek mengeluarkan hujan cacing
maka pangeran Kajoran mengeluarkan hujan itik, dan Ki Ajar mengeluarkan
hujan api maka Pangeran Kajoran mengeluarkan hujan angin yang sekarang
namanya si angin-angin dan apabila orang (pejabat, orang yang murka)
lewat di situ maka akan segera hancur kedudukannya. Pembuatan masjid
dilanjutkan dan “SODONG” hanya untuk “NONOB” atau istirahat atau ngaso
dan ngandhong (Ngasodong) menjadi SODONG.
Pengikut
Pangeran Kajoran yang namanya Kyai Ageng Asmo (Syeh Baitul Iman) yang
meninggalkan Candhen/makom yang berwujud Batu Lima cacahnya yang orang
sodong mengatakan batu itu sebagai tanda :
1. Hitungan pasaran : Kliwon, Manis, Pahing, Puasa dan Haji.
2. Rukun Islam : Sahadat, Sholat, Zakat, Puasa dan Haji.
3. Pancasila
: Berketuhanan, Berkeprimanusiaan, Bersatu Bermusyawarah,
berkerakyatan, Mempunyai rasa keadilan sosial.
Maka orang sodong selalu melewati rasa kegotong royongannya untuk mencapai sukses bersama.
Sumber: mgmpsejarahsmakabbatang.blogspot.com
Sumber: mgmpsejarahsmakabbatang.blogspot.com
Gimana Artikel Asal usul Desa SODONG - Wonotunggal ini, mantab kan? Sobat boleh menyebarkannya jika artikel Asal usul Desa SODONG - Wonotunggal ini bermanfaat, namun jangan lupa meletakkan link Asal usul Desa SODONG - Wonotunggal sebagai sumbernya. Terima kasih telah Berkunjung
Join Me On: Facebook :: Arif Stiawan ::