Asal usul Desa WATES - Wonotunggal. Banyu Werno
: Pada waktu itu Baurekso sedang menyembunyikan Dewi Ratna Sari di
sebuah hutan. Sewaktu Dewi Ratna Sari mau mencari sumber air, di situ
ada sumber air yang berwarna-warni. Kemudian ia mengambil air tersebut
untuk mencuci beras, namun setelah dicuci beras tersebut untuk mencuci
beras. Namun setelah dicuci beras tersebut sampai beberapa hari tidak
masak. Karena tidak masak (menjadi nasi) beras tadi dibuang dan menjelma
menjadi batu, dan batu tersebut diberi nama Batu Beras, setelah itu
Dewi Ratna Sari melapokan kepada pangeran Baurekso akan kejadian tadi
kemudian pangeran Baurekso mandi pada sumber air tadi dan mendapatkan
daya kelebihan kesaktiannya berlipat, kemudian Baurekso berujar suatu
saat nanti tempat itu diberi nama Banyu Werno. Setelah aman pangeran
Baurekso pulang kembali ke Mataram.
Pungangan :
Alkisah ada kyai bernama Cermin waktu itu kebingungan mencari empu,
guna membuat dua buah keris dan berjumpa dengan seorang yang sedang
menyabit rumput, terhadap orang tersebut maksudnya diutarakan orang
tersebut memerintahkan supaya mendekati wanggan/sumber mata air. Setelah
dekat ternyata orang yang sedang menyabit tersebut adalah seorang wali
dengan nama wali Supo. Akhirnya keris tersebut dibuat oleh wali Supo,
kemudian diberi nama Pungangan, yang artinya empu di tepi
wangan/saluran. Setelah keris diserahkan kepada kyai cermin, empu tadi
hilang tidak tahu rimbanya.
Getas/Gebryur
: waktu Ki Ajar Kupang sedang memperluas wilayahnya di wilayah Kupang,
sampai sebelah barat hutan jati, dipanggil oleh ratu pantai selatan,
setelah sampai di sana ada seorang perempuan/putri yang sedang
termenung, terus ditanya oleh Ki Ajar Kupang mengapa duduk di situ, si
perempuan dimarahi oleh ratu pantai selatan karena tidak punya pisau
untuk mengiris-iris bumbu dapur. Kemudian oleh Ki Ajar Kupang ia diberi
pisau, sambil diujar, nanti kalau sudah selesai mohon dikembalikan.
Setelah itu Ki Ajar Kupang kembali ke Kupang guna memperluas wilayah.
Kemudian setelah selesai anak putri tadi menyusul akan mengembalikan
pisau tadi dengan diselipkan di perut, akhirya ketemu lagi dengan Ki
Ajar Kupang. Kemudian ditanya oleh Ki Ajar Kupang di mana meletakkan
pisau tadi. Si perempuan tadi mengatakan kalau pisaunya diselipkan di
perut. Melihat itu Ki Ajar Kupang mengatakan kalau pisau tadi diselipkan
di perut bisa hamil. Dan ternyata benar-benar perempuan tadi hamil,
karena hamil dan tidak punya suami padahal ia putri modin karena
bapaknya marah, kemudian ia diusir. Setelah cukup besar kandungannya
bisa bicara, dan meminta kepada ibunya kalau nanti melahirkan jangan di
hutan, tapi di atas batu besar di tepi sungai setelah lahir ternyata
bayi tadi berwujud ular. Karena telah melahirkan dan tidak punya suami
sedangkan nasibnya perlu dikasihani maka ia mendapat julukan si Rondo
Kasihan. Kemudian si Rondo Kasihan menyepak ular tadi hingga jatuh ke
dalam sungai (jatuh ngeguyur). Waktu itu Ki Ajar Kupang mengetahui dan
tempat tersebut diberi nama Getan Gebyrur. Setelah melahirkan si Rondo
Kasihan kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di desa Gebyrur.
Kemudian setelah besar ular anak si Rondo Kasihan mencari Ki Ajar
Kupang. Dalam pencarian itu ia melewati sebuah gunung dan gunung
tersebut tugel/ putus terkena tubuhnya, maka kemudian tempat tersebut
diberi nama Gunung Tugel.
Sumber: mgmpsejarahsmakabbatang.blogspot.com
Gimana Artikel Asal usul Desa WATES - Wonotunggal ini, mantab kan? Sobat boleh menyebarkannya jika artikel Asal usul Desa WATES - Wonotunggal ini bermanfaat, namun jangan lupa meletakkan link Asal usul Desa WATES - Wonotunggal sebagai sumbernya. Terima kasih telah Berkunjung
Join Me On: Facebook :: Arif Stiawan ::